pamekasan, kanalmadura.com – Ada saja cara untuk menarik sumbangan kepada
wali murid. Seperti diungkapkan wali murid SDN Waru Barat 1, Kecamatan
Waru, Pamekasan. Pihak sekolah disebut-sebut memungut sejumlah uang
dengan modus untuk biaya bangkup padahal sekolah SDN Waru I ini adalah sekolah tertua di daerah kecmatan waruyang didirikan sejak tahun 1910 silam.
Praktik pungutan tersebut diungkapkan seorang wali murid berinisial In.
Warga Desa Waru Barat itu mengungkapkan, penarikan itu dilakukan pihak
sekolah sejak memasuki hari pertama ajaran baru. Pungutan dilakukan
kepada siswa dengan alasan untuk biaya bangku.
”Saya bayar delapan puluh ribu. Ada juga yang bayar seratus
ribu,” ungkap perempuan 35 tahun itu Rabu (26/7). Perempuan yang setiap
hari bekerja sebagai petani itu menyatakan, sepengetahuan dirinya,
biaya untuk sekolah dasar digratiskan. Tetapi, tahun ajaran baru kali
ini murid masih dibebani biaya untuk membayar sejumlah kebutuhan
sekolah.
”Tahun ini yang paling banyak ngeluarin uang untuk kebutuhan anak saya ini,” katanya.
Menurut In, wali murid sebenarnya ingin komplain kepada
pihak sekokah. Namun, masih banyak yang takut dan merasa tidak enak.
”Setahu saya pihak sekolah tidak boleh narik uang ke murid karena semua
kebutuhan murid sudah ditanggung,” pungkasnya.
Pungutan kepada siswa oleh pihak sekolah ini juga telah
didengar Posko Perjuangan Masyarakat Pantura (P2MP). Bahkan, posko ini
banyak mendapat laporan dari wali murid dan warga atas pungli uang
bangku itu.
Ketua P2MP Abdussalam mengungkapkan, pungutan yang
dilakukan pihak SDN Waru Barat 1 jelas melanggar hukum. Menurutnya,
modus yang digunakan pihak sekolah tergolong baru. ”Itu jelas pungli dan
itu melanggar hukum. Laporan yang saya terima, sekolah minta uang mulai
Rp 80 ribu hingga Rp 100 ribu. Kami sangat menyayangkan sekali,” kata
Abdus.
Pihaknya juga mengungkapkan bahwa sekolah itu termasuk
sekolah favorit di wilayah pantura. Dengan begitu, mestinya hal yang
demikian dapat dihindari. ”Kami akan menindaklanjuti kasus ini ke ranah
hukum. Nanti saya lapor juga ke dinas pendidikan,” terangnya.
Tak hanya itu, pihak sekolah saat dikonfirmasi menghindar
dan terkesan tidak tahu-menahu. Padahal, itu terjadi di lingkungan
sekolah. ”Saya sempat menghubungi kepala sekolahnya. Dia malah mengaku
tidak tahu, kan aneh,” tutur Abdus.
Kepala SDN Waru Barat 1 Muja’ah mengatakan, pihak sekolah
tidak tahu-menahu mengenai adanya penarikan uang kepada murid. Dia
mengaku itu dilakukan oleh komite sekolah. ”Saya tidak tahu. Guru di
sini juga tak tahu. Itu urusan komite sekolah,” ungkapnya.
Meski demikian, dia mengakui pihaknya pernah menyampaikan
kepada komite bahwa sekolah kekurangan bangku. Saat itu juga pihaknya
menyampaikan kondisi keuangan sekolah. ”Sebelum ajaran baru saya memang
sampaikan ke komite. Waktu itu komite mengaku siap untuk meng-handle
masalah bangku itu,” paparnya.
Apakah komite berkoordinasi perihal akan menarik sejumlah
uang ke murid, Muja’ah mengiyakan. Bahkan, pihak sekolah juga
mengumpulkan wali murid. ”Tapi itu untuk kegiatan komite sekolah. Kami
tak ikut campur,” pungkasnya