-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Index berita

iklan

Iklan

BUKANNYA DI GRATISKAN DEMI MENDAPATKAN SISWA SEKOLAH DASAR INI MALAH PASANG TARIF UNTUK BANGKU SEKOLAHNYA

Thursday 3 August 2017 | 08:19 WIB | 0 Views Last Updated 2017-08-03T01:19:17Z
pamekasan, kanalmadura.com  – Ada saja cara untuk menarik sumbangan kepada wali murid. Seperti diungkapkan wali murid SDN Waru Barat 1, Kecamatan Waru, Pamekasan. Pihak sekolah disebut-sebut memungut sejumlah uang dengan modus untuk biaya bangkup padahal sekolah SDN Waru I ini adalah sekolah tertua di daerah kecmatan waruyang didirikan sejak tahun 1910 silam.

Praktik pungutan tersebut diungkapkan seorang wali murid berinisial In. Warga Desa Waru Barat itu mengungkapkan, penarikan itu dilakukan pihak sekolah sejak memasuki hari pertama ajaran baru. Pungutan dilakukan kepada siswa dengan alasan untuk biaya bangku.

”Saya bayar delapan puluh ribu. Ada juga yang bayar seratus ribu,” ungkap perempuan 35 tahun itu Rabu (26/7). Perempuan yang setiap hari bekerja sebagai petani itu menyatakan, sepengetahuan dirinya, biaya untuk sekolah dasar digratiskan. Tetapi, tahun ajaran baru kali ini murid masih dibebani biaya untuk membayar sejumlah kebutuhan sekolah.
”Tahun ini yang paling banyak ngeluarin uang untuk kebutuhan anak saya ini,” katanya.
Menurut In, wali murid sebenarnya ingin komplain kepada pihak sekokah. Namun, masih banyak yang takut dan merasa tidak enak. ”Setahu saya pihak sekolah tidak boleh narik uang ke murid karena semua kebutuhan murid sudah ditanggung,” pungkasnya.
Pungutan kepada siswa oleh pihak sekolah ini juga telah didengar Posko Perjuangan Masyarakat Pantura (P2MP). Bahkan, posko ini banyak mendapat laporan dari wali murid dan warga atas pungli uang bangku itu.
Ketua P2MP Abdussalam mengungkapkan, pungutan yang dilakukan pihak SDN Waru Barat 1 jelas melanggar hukum. Menurutnya, modus yang digunakan pihak sekolah tergolong baru. ”Itu jelas pungli dan itu melanggar hukum. Laporan yang saya terima, sekolah minta uang mulai Rp 80 ribu hingga Rp 100 ribu. Kami sangat menyayangkan sekali,” kata Abdus.
Pihaknya juga mengungkapkan bahwa sekolah itu termasuk sekolah favorit di wilayah pantura. Dengan begitu, mestinya hal yang demikian dapat dihindari. ”Kami akan menindaklanjuti kasus ini ke ranah hukum. Nanti saya lapor juga ke dinas pendidikan,” terangnya.
Tak hanya itu, pihak sekolah saat dikonfirmasi menghindar dan terkesan tidak tahu-menahu. Padahal, itu terjadi di lingkungan sekolah. ”Saya sempat menghubungi kepala sekolahnya. Dia malah mengaku tidak tahu, kan aneh,” tutur Abdus.
Kepala SDN Waru Barat 1 Muja’ah mengatakan, pihak sekolah tidak tahu-menahu mengenai adanya penarikan uang kepada murid. Dia mengaku itu dilakukan oleh komite sekolah. ”Saya tidak tahu. Guru di sini juga tak tahu. Itu urusan komite sekolah,” ungkapnya.
Meski demikian, dia mengakui pihaknya pernah menyampaikan kepada komite bahwa sekolah kekurangan bangku. Saat itu juga pihaknya menyampaikan kondisi keuangan sekolah. ”Sebelum ajaran baru saya memang sampaikan ke komite. Waktu itu komite mengaku siap untuk meng-handle masalah bangku itu,” paparnya.
Apakah komite berkoordinasi perihal akan menarik sejumlah uang ke murid, Muja’ah mengiyakan. Bahkan, pihak sekolah juga mengumpulkan wali murid. ”Tapi itu untuk kegiatan komite sekolah. Kami tak ikut campur,” pungkasnya
×
Berita Terbaru Update